PERKEMBANGAN
ISLAM DI EKS UNISOVIET (RUSIA) DAN NASIB
MUSLIM MASA KINI
Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Alfi Nikmah,
M.Pd.I
PAI-A Semester 4
Disusun Oleh :
Kelompok 08
1. Noor Hamid (1410110003)
2. Anik Sulaikhah (1410110021)
3. Mariya
Ulfa (1410110032)
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI/A)
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Negara yang sekarang dikenal sebagai rusia
sebelumnya mempunyai nama sebutan yaitu kekaisaran rusia, republic sosialis uni
soviet, juga federasi rusia. Meskipun dikuasai Kristen, rusia telah berhubungan
erat dengan dunia islam. Itu sebabnya studi islam mempunyai peran penting dalam wacana kesarjanaan rusia dan
soviet, dan dalam makna yang lebih luas dalam budaya secara umum.
Perkembangan
unisoviet yang kini berubah menjadi rusia sudah berkembang lebih maju dari
sebelumnya. Rusia adalah sebuah negeri besar, apalagi setelah menjadi Uni Soviet,
dengan memiliki pengaruh yang luas di sebagian wilayah dunia. Sejarah negerinya
yang lama, telah memberikan arti penting dalam perkembangan ilmu sejarah
sosial, politik, ekonomi, dan budaya baik untuk Rusia sendiri, Uni Soviet,
Asia, dan Eropa.
Rusia sebagai
pewaris kekuatan Uni Soviet tidak mau ketinggalan dalam menancapkan pengaruhnya
terutama di negara-negara yang dianggap sebagai potensi kekuatan baru di dunia.
Dalam hal ini Rusia memilih mendekati kekutan Islam yang selama ini dijadikan
kambing hitam oleh Amerika Serikat. Rusia ingin menciptakan kekutan/aliansi
baru yang bisa mengimbangi kekuatan Amerika Serikat dalamnmenentukan arah
kebijakan politik dunia. Demi mencapai tujuannya Rusia menjalin hubungan dengan
Negara-negara atau aliansi- aliansi Muslim.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas sebagai
berikut :
1.
Bagaimana sejarah masuknya islam di Rusia?
2.
Bagaimana perkembangan islam di Rusia?
3.
Bagaimana nasib muslim masa kini di Rusia?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam di Rusia
Islam masuk ke Rusia pada pada tahun 992
Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia yang hidup di Siberia, yang disebut
Bulgar, memeluknya dan kemudian menyebarkannya ke seluruh Rusia. Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab
dari wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti
yang diduga beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow
dari selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab,
suku-suku Cossack Rusia yang telatih untuk berperang, telah berdiri menentang
penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia.
Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan
para da’i untuk melintasi Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar
yang telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad
kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang
sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah memeluk
Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah
Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para
pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai
bagian lain wilayah Rusia. Kaum
Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di sekitar Rusia, dari Siberia di
sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi,
ketika itu, ibukota kerajaan Muslim ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow
membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai
tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan
menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah ke Kremlin
Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki
kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad
keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya. Sejak saat
itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang
kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti
kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum
muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan mereka. Mereka memperlakukan
kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan, merampas kekayaan
mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk setempat
agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek ini.
Mayoritas Muslim tetap mengikuti agama mereka,
kekejaman Rusia tidak mampu menghentikan penyebaran Islam. Sebaliknya Islam mencapai kemajuan baru
di paruh kedua abad 18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia, Catherine II, dengan
berubahnya kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang hidup dalam perbatasannya.
Saat itu, kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764, propaganda
toleransi beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari
kota mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan menuju tahap baru
pada tahun 1773 dengan memberikan Tatar Volga kebebasan beragama, hak untuk
membangun masjid dan sekolah Al-Quran. Pedagang Volga kemudian menjadi mediator
yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah. Mereka juga bertindak
sebagai da’i dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan membawa Islam kepada
orang-orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan Siberia Barat.
Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena
kecintaan terhadap umat Islam, tetapi kebijakan yang didorong kepentingan Rusia
untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas daerah tetangga, karena ia menyadari
kemungkinan untuk memanfaatkan masyarakat Muslim yang berada di Rusia, sehingga
kehadiran Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan diinginkan di wilayah itu.
Hal itulah yang mendorong para penguasa Rusia untuk memperhatikan kekuatan
politik umat Islam yang tinggal di Tsar Rusia pada saat itu.[1]
Shireen T. Hunter dan pengamat Islam
Rusia lainnya menyatakan bahwa abad 21
adalah era kebangkitan agama Islam yang setelah sekian lama mengalami
penindasan dalam berbagai bidang kehidupan.[2]
B.
Perkembangan Islam Di Rusia
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah
Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari
sekitar 142 juta penduduk.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin)
memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim
Rusia.
Menurut United States Department of State, terdapat
sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20
persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang
terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara
minoritas yang tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe, Balkar,
Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak
bilangan warga negara Dagestan.[3]
Abdullahi Ahmed An-Na’im dalam bukunya Islam dan
Negara Sekuler mengatakan bahwa ketika federasi Rusia terbentuk setelah
jatuhnya Uni Soviet, hubungan antara negara dan agama ditata ulang, baik
melalui undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14 Undang-Undang Dasar
Federasi menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga tidak akan ada
negara yang dibangun berdasarkan satu agama tertentu. Undang –Undang Dasar juga
menyebutkan bahwa semua asosiasi keagamaan memiliki posisi setara di depan
hukum. Abdullahi Ahmed An-Na’im juga menuliskan bahwa setelah kebijakan
“Perestroika”-nya Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan
dinormalisasikan kembali oleh undang-undang (law) tahun 1990 tentang “kebebasan
beragama”. Pada dekade inilah, jumlah organisasi agama yang terdaftar naik
hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di antara organisasi-organisasi
tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti bahwa
jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu.[4]
Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di
Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama
lain di Rusia, pemeluk Islam dalam merencanakan keluarga tidak memikirkan
betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas muslim, melahirkan
generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih berharga ketimbang
memikirkan kesulitan hidup di Rusia.Semenjak
Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami
masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an,
masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah
mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini
menjadi agama kedua di negeri itu. [5]
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa
kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme,
yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi
ad-Daghestani. Amalan sufi
memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan
telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada
zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah
dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni
Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk mencari pekerjaan. Qur'an
pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801.
Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam
telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia,
"Ислам" (transliteration:
Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho Kavkaza) dan "Исламский
вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia
seperti "Ассалам" (Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul
Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan.
1. Demografi
Menurut United States
Department of State, terdapat sekitar 25 - 31 juta jumlah penduduk Muslim
di Rusia,
sekurang-kurangnya 29-41 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan
agama mayoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di
antara warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut Hitam
dan Laut Kaspia:
Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak
bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin tengah ada
penduduk besar Tatar
dan Bashkir, kebanyakan mereka
Muslim.
Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod,
Moscow,
Tyumen, dan Leningrad Oblast
(kebanyakannya kaum Tatar).
Misalnya, saat ini terdapat lebih dari dua juta penduduk beragama Islam di
Moskow.
Secara demografis, sebagian besar
penduduk Muslim Rusia berada di kawasan Volga, Kaukasus Utara, dan kawasan
sekitar Siberia yang dihuni oleh suku Tatar, Kazakh, dan Bashkir. Dari seluruh
Muslim yang ada di Rusia, 16,3% berada di Republik Dagestan, 14, 6% di
Bashkortostan, 13,5% di Tatarstan, 7,4% di Cechnya, 4,7% di Kabardino-Balkaria,
3% di Ingushetia, 1,9% di Karachaevo-Cherkessia, dan 0,8% di Adygea. Secara keseluruhan, 62,3% Muslim berada di
republik-republik tersebut. Adapun umat Islam di Moscow terdapat kurang lebih
3,7% dan di daerah oil-rich Tyumen 3,0% yang meliputi daerah Kazakhstan ke
selatan.[6]
2. Masjid
Secara resmi jumlah masjid
di Rusia mencapai 6790 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan
terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 2000 – 3000 masjid. Dalam
sepuluh tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan
telah melebihi 2500. Di ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi
6 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data
Rusia, sedikitnya terdapat 9000 masjid di Rusia.
Jumlah masjid yang dibangun di Rusia kini mengalami perkembangan jumlah yang
signifikan.
Pada
tahun 1991 jumlah masjid yang tercatat berjumlah 300 masjid, tahun
2001 mencapai 4.000 Masjid, dan saat ini sudah lebih dari 8.000 masjid yang
berada di Rusia. Sebagian besar masjid dan
lembaga pendidikan Islam yang berdiri adalah hasil dari usaha swadaya
masyarakat sendiri dengan adanya berbagai bantuan dan sumbangan dari warga
Muslim yang kaya. Selain sebagai tempat sholat, masjid di berbagai kawasan di
Rusia digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama Islam. Namun demikian, ada
juga masjid yang didirikan dengan bantuan dari asing seperti Saudi Arabia,
Aljazair, dan Sudan. Masjid-masjid tersebut kemudian dimanfaatkan untuk
menyebarkan ajaran Wahabi dan Islam radikal di Rusia. [7]
3. Organisasi
Menurut data register
negara, kini telah tercatat 4831 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah
terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus
Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah organisasi
keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil.[1]
Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab
di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi
di wilayah negara lainnya.
Tiga organisasi
Muslim menurut status dewan federal (pusat) adalah:
a.
Dewan Mufti
Rusia (berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini
memimpin 1,686 komunitas.
b.
Administrasi
Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat
Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.
Pusat Koordinasi Muslim di
Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia
dan wilayah Stavropol, dan terdiri dari 830 komunitas.
4. Pusat Keislaman dan Lembaga Keagamaan di Rusia pada Periode ini
Sebelum runtuhnya Uni Soviet, ada empat lembaga
keagamaan yang didirikan pasca Perang Dunia II untuk menggantikan
peran Mufti, yang telah ada pada masa Kekaisaran Rusia. Dua departemen ini
berlokasi di Rusia, sedangkan dua lainnya di Uzbekistan dan Azerbaijan.
Dalam hal ini, yang terpenting adalah dua lembaga
keagamaan yang ada di Rusia, dimana keduanya dianggap
sebagai pemandu urusan umat Islam sesuai dengan kebijakan Soviet, keduanya
tidak memiliki tugas, selain memantau situasi umat Islam dan pergerakan mereka,
dan mengatur urusan mereka sesuai dengan strategi pemerintah pusat Uni Soviet.
Adapun publikasi pemikiran dan budaya Islam serta memperkuat ikatan iman di
antara umat Islam adalah sesuatu yang tidak diceritakan. Lembaga ini
menggambarkan beberapa hal berikut:
1)
Manajemen aspek
spiritual kaum Muslim Rusia Eropa dan Siberia:
Lembaga ini berpusat di Ufa (ibukota Republik
Bashkiria, Rusia), dengan Tatar sebagai bahasa kerja dan daerah kerjanya
meliputi republik administrasi Tatarstan dan Bashkiria serta seluruh komunitas
Muslim di seluruh koloni Siberia, Rusia Timur yang ikut di bawah pemerintahan
Uni Soviet.
Perlu disebutkan bahwa lembaga ini menjadi lembaga
penerbitan Fatwa di era Kekaisaran Rusia, dengan Ufa
sebagai pusatnya. Meskipun aktivitas lembaga ini telah berhenti setelah
revolusi komunis, akan tetapi mulai aktif lagi pada era Stalin, dan Abdul
Rahman Rasulaev bekerja keras membujuk Stalin untuk meredakan tekanan pada kaum
muslim pada saat itu.
2)
Manajemen
spiritual umat Islam di Kaukasus Utara dan Dagestan:
Pusat administrasinya di ibukota Makachkala Republik
Dagestan, dan bahasa Arab adalah bahasa
perkantoran. Bahasa Arab adalah bahasa sastra wilayah ini sejak ditaklukkan
bangsa Arab pada abad kedelapan Hijriyah.
Otoritas lembaga ini membentang meliputi semua daerah di Kaukasus Utara,
Republik Dagestan, Balkaria, Chechnya dan Ingushetia, dan kaum Muslimin di
Republik Ossetia Utara, daerah otonom Adag, Carachai dan Circassians.
5. Lembaga-lembaga Keagamaan
Kaum Muslimin Rusia meyakini bahwa penyebaran ajaran
Islam adalah misi global masyarakat Muslim yang membutuhkan dukungan finansial
dan moral dari semua Muslim di dunia dan pengaturan skala prioritas sesuai
tuntutan situasi, hal inilah yang mendorong kaum muslimin Rusia untuk
mendirikan Islamic center, dengan nama “Pusat Koordinasi Urusan Agama.
Sebenarnya, pusat ini menggantikan peran lembaga keagamaan masa sebelumnya yang
runtuh satu demi satu, karena tidak bisa berkompromi dengan sejarah dan gagal
memimpin kebangkitan Islam yang muncul setelah pergerakan Islam kontemporer,
karena mentalitas kepatuhan mereka, di mana mereka memainkan peran perogatif,
mengangkat dan memecat para imam dan para pengurus lembaga pengelola urusan
umat Islam sesuai keinginan mereka. Selain itu, secara langsung lembaga berada
di bawah naungan negara dan mengimplementasikan kebijakan Negara terlepas dari
kepentingan umat Islam.
Langkah pertama yang dilakukan pasca gerakan
kebangkitan Islam adalah menyatukan umat Islam dan mengatur urusan mereka
setelah runtuhnya Uni Soviet, kondisi perpecahan ini membuat umat tidak dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Di antaranya adalah pertemuan yang dihadiri
hampir 120 perwakilan masjid-masjid di Republik Bashkirstan, pusat lembaga
keagamaan terdahulu, mereka sepakat untuk mendirikan insitusi agama baru untuk
mengatur urusan kaum Muslim Republik ini dan tidak mengaktifkan kembali lembaga
pusat keagamaan warisan Uni Soviet. Dewan yang hadir sepakat untuk mendirikan
institusi independen yang tidak terkait pihak manapun, dan instutusi ini
kemudian tercatat di pemerintahan, sehingga memberikan legitimasi hukum.
Setelah itu, diadakan pula pertemuan serupa di masing-masing Republik Tatarstan
Rusia dan sungai Volga, Pertemuan-pertemuan ini diikuti dengan berdirinya
berbagai institusi baru.
Untuk menghindari efek buruk yang mungkin terjadi
dan agar hasil kerja keras kaum muslimin di Rusia lebih efektif, para pemimpin
institusi baru ini kemudian bersepakat untuk menyatukan semua institusi ini di
bawah naungan Dewan Syura yang akan mengawasi kinerjanya dan mengkoordinir
antara institusi sehingga masing-masing bisa mengambil manfaat dari pihak lain
dalam berbagai bidang, saling melengkapi satu sama lain, sehingga hasil yang
bisa diambil menjadi lebih luas dan komprehensif. Dan puncak upaya ini adalah
dengan terbentuknya “Pusat Tertinggi Koordinasi Agung Muslim Rusia” sebagai
juru bicara resmi atas nama institusi terhadap negara dan luar negeri. Pusat
Koordinasi ini telah menerima lisensi dari Departemen Kehakiman di Federasi
Rusia pada tahun 1994, dan telah mulai bekerja diawali dengan pemilihan kepala
eksekutif oleh Dewan Syura yang terdiri dari para kepala institusi cabang.[8]
Terjemahan lain dibuat oleh seseorang juru bahasa
profesional adari Departement Angkatan Laut Ingris A.V Kolmakov (1792).
Terjemhan tersebut berdasrkan terjemahan Al-Quran versi inggris kotemporer yang
jauh dari gaya bahasa.
Pada masa
pemerintahan cucu laki-laki Catherine, Alexander I ditandai dengan berdirinya berbagai lembaga riset dan pengajaran yang berperan
oenting dalam kaian islam di Rusia diantaranya:
a.
Universitas St.
Ptersburg
b.
Kazaan
c.
Kharkov
d.
Institute
Lazarev mempelajari tentang bahasa –bahasa oriental termasuk bahasa-bahasa
oriental termasuk bahasa-bahasa Timur Dekat dan kajian islam.[9]
6. Pendidikan
Perkembangan yang menarik lainnya juga
terjadi dalam bidang pendidikan. Mulai dari Madrasah
Ibtidaiyah sampai perguruan tinggi sudah ada di Rusia. Berdasarkan data
dari AsiaNews, pada tahun 2011 terdapat 96 lembaga pendidikan Islam dan 7
universitas. Sebagai contohnya adalah Russian Islamic University di Kazan,
Dagestan Islamic Univrsity, Islam Institute Moscow, dan Instite of Theologi and
International Relations di Dagestan. Media penyiaran Islam lainnya di Rusia
dilakukan melalui berbagai media komunikasi modern seperti TV, radio, dan majalah-majalah
Islam seperti majalah Assalam, Nurul Islam, dan Islam. Selain itu juga terdapat
media jejaring sosial Facebook Islam Rusia yang hanya bisa diakses oleh
kalangan Muslim saja.
C.
Nasib Muslim Saat Kini
Masalah yang dihadapi Muslim Rusia saat ini :
1.
Terorisme
Para pengamat Islam di
Rusia seperti Alexei Malashenko dan Ariel Cohen menyatakan bahwa gerakan Islam
Radikal di Kaukasus Utara memiliki hubungan dengan gerakan Terorisme
internasional seperti al-Qaeda. Gerakan Islam radikal tersebut dilatarbelakangi
oleh berbagai faktor seperti bentuk protes terhadap pemerintahan yang kafir,
keinginan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Rusia, rasa dendam terhadap
masa lalu umat Islam yang mendapatkan tekanan dari Uni Soviet, dan keinginan
untuk mendirikan negara yang berdasarkan Syari’ah Islam.
Mata rantai yang
menghubungkan Kaukasus dengan terorisme global adalah Yusuf Muhammad al-Emirati
yang datang ke Cechnya tahun 1999 dan Abdullah Kurd sebagai pemimpin berbagai
peristiwa terorisme di republik Cechnya. Keduanya mati di tangan polisi Rusia
pada April 2011 yang lalu.[10] Antara News
mengabarkan bahwa pada tanggal 4 Mei 2012 di pinggiran ibukota Dagestan terjadi
bom bunuh diri yang menewaskan 12 orang dan mencederai 110 orang. Pada bulan
januari 2011 juga terjadi bom bunuh diri di bandara Domodedovo Moskow yang
menewaskan 37 orang dan dua ledakan bom di stasiun kereta api bawah tanah
Moskow pada tahun 2010 yang menewaskan 40 orang.
Berbagai peristiwa terorisme tersebut juga menjadi sebab utama pandangan
negatif dari warga Rusia lainnya tentang Islam. Untuk mengatasi aksi terorisme
di Rusia, pemerintah melarang masuknya paham Wahabi ke Rusia dan membangun
masjid-masjid di kawasan Eropa sebagai pesan damai dari Islam Rusia dan juga
bertujuan untuk menghilangkan citra buruk Islam di mata dunia.
2.
Korupsi dan Narkotika
Salah satu masalah
penting yang dihadapi republik-repulik Islam di Rusia khususnya di Kaukasus
Utara adalah masalah korupsi. Dana yang dikucurkan dari pemerintah pusat banyak
yang dikopupsi oleh para pejabat negara. Hal ini menjadi sebab utama stagnasi
ekonomi yang menyebabkan terjadinya masalah pengangguran dan masuknya generasi
muda dalam organisasi Islam radikal untuk menentang pemerintahan.
Untuk mengatasi hal tersebut, mantan
Presiden Rusia Dmitry Medmedev pada tahun 2010 lalu membentuk North Caucasus
Federal Distrik (NCFD), sebuah unit administrasi yang menggabungkan tujuh
republik yang ada di Kaukasus Utara. Kemudian pada bulan Januari 2011 Vladimir
Putin yang waktu itu sebagai perdana menteri mendirikan Comission for
Socio-Economic Development of the North Caucasus Federal District yang
mengawasi program pemerintahan di daerah tersebut. Pemerintah pusat juga
memiliki rencana untuk menciptakan 400.000 lapangan pekerjaan beberapa tahun ke
depan di kawasan tersebut.
Adapun mengenai maraknya pengguna
narkotika di kalangan pemuda di Rusia, penulis belum mendapatkan data-data yang
memadai tentang hal itu. Namun, berdasarkan hasil wawancara, kesimpulan yang
didapatkan adalah masalah narkotika di kalangan pemuda Rusia menjadi suatu
problem tersendiri yang menyebabkan timbulnya keresahan bagi warga Rusia
khususnya warga Muslim Rusia. Diperkirakan jumlah Muslim di Rusia sekarang
lebih dari 30 juta orang, meskipun statistik sejak setengah abad lalu mengatakan
jumlah kaum muslimin tidak melebihi 20 juta orang. Bahkan, ada beberapa republik dalam Federasi Rusia
yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Tatarstan,
Chechnya, Bashkortostan,
Dagestan,
Ingushetia,
Kabardino-Balkaria,
Karachay-Cherkessia,
dan lain-lain. Jumlah Muslim di ibu kota Moskow sekarang lebih dari satu juta
orang, dan mereka menderita masalah yang secara umum dialami oleh masyarakat
Rusia, terutama masalah ekonomi.[11]
Dalam bidang ekonomi, roda ekonomi Muslim
di Rusia saat ini mulai bangkit. Mereka bisa masuk dalam berbagai bidang
pekerjaan yang ada mulai dari pedagang, guru, dosen, dan pejabat pemerintahan.
Republik Tatarstan saat ini dikenal sebagai pusat produksi pesawat tempur,
helikopter, dan truk-truk besar dengan merek Kamaz. Selain itu, daerah Kaukasus
Utara merupakan daerah yang kaya dengan barang tambang, khususnya minyak bumi.[12]
Data terakhir mencatat populasi muslim
negara itu mencapai 25 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Rusia menjadi negara
dengan pemeluk Islam terbesar di benua Eropa. Komunitas muslim yang selama era
Soviet tertindas dan terisolasi, kini bisa melaksanakan kegiatan keagamaan
dengan begitu semarak.[13]
Tantangan
Masa Kini dan Masa Depan
Muslim di Rusia menghadapi berbagai
serangan melalui media dan tidak adil, melalui media massa resmi yang
beroperasi di negaranya yang dijalankan tangan-tangan yang mencurigakan. Islam
terus menerus diberitakan dan digambarkan surat kabar dan artikel majalah
secara buruk, Islam digambarkan sebagai teroris, cenderung untuk melakukan
peperangan dan tindakan kriminal. Bahkan, ada beberapa program dan film yang
disiarkan melalui radio dan televisi yang secara terang-terangan menghabisi
Islam dengan berbagai kecurigaan dan tuduhan palsu yang tidak adil terhadap kaum
muslimin. mereka lupa bahwa Islam adalah agama perdamaian, kebudayaan dan
pengetahuan, dan bahwa berkat ulama Islam-lah Barat dan Timur menuai ilmu dan
pengetahuan dalam berbagai bidang dan seni hingga sampai pada taraf yang
sekarang dinikmati. Selain itu, berbagai propaganda yang merugikan umat Islam
banyak dilakukan untuk menjauhkan mereka dari agamanya. Semua dilakukan dari
dalam, secara terorganisir dan sangat berbahaya baik dengan bahasa nasional
maupun lokal, seperti bahasa Dagestan, Tatar dan Bashkir.
Islam di Rusia mulai melangkah maju
untuk mengambil posisinya sebagaimana di negara-negara lain, dan Islam mulai
mewarnai berbagai posisi vital Rusia. Masjid yang di era sebelumnya sepi, mulai
hidup kembali, suara adzan menyeru manusia untuk mendirikan shalat menggema
dari berbagai menara yang menjulang tinggi sebagai pertanda lahirnya fajar baru
Islam di Rusia.
Masalah lain yang dihadapi oleh umat
Islam di Rusia, adalah kurangnya kader dalam jumlah yang memadai, kader yang
terlatih sebagai da’i dan imam. Ini adalah sebuah persoalan yang sangat besar.
beberapa masjid yang telah dikembalikan negara tidak memiliki imam dan guru
untuk mengajarkan pokok ajaran agama kepada kaum muslimin dan generasi muda dan
memperkenalkan mereka dengan realitas risalah Islam. Masalah ini adalah masalah
yang sangat mendasar dan sangat memilukan, dan salah satu efek negatifnya,
sebagian besar masjid tidak bisa mendirikan shalat Jumat.
Dalam lima tahun terakhir, berbagai
upaya yang signifikan telah dilakukan untuk membangun kembali dan
merekonstruksi masjid, sehingga terjadi peningkatan jumlah masjid menjadi empat
ribu yang tersebar di berbagai wilayah Rusia. Jumlah itu boleh dikatakan
sedikit jika dibandingkan jumlah kaum muslimin Rusia, dan juga sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah masjid pada era sebelumnya. Masalah lain yang juga
sangat penting bagi umat Islam di Rusia, adalah ada empat sekolah bersejarah
Islam, dimana administrasi dan pengelolaannya belum kembali kepada kaum
muslimin.
Selain itu, masjid di kota Tomsk yang
disebut “al-Abyadh”, sebuah masjid yang sangat kuno dan sangat jarang ada
masjid seperti itu di Siberia, telah berubah menjadi pabrik minuman keras pada
rezim komunis, dan pabrik itu masih ada di dalam masjid sampai hari ini.
Meskipun dalam hukum Rusia semua agama
adalah sama, akan tetapi ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa gereja
menikmati kebebasan lebih banyak dari umat Islam, masih banyak sekolah dan
masjid yang belum dikembalikan pemerintah ke tangan kaum muslimin.[14]
Di Rusia Islam merupakan agama terbesar
kedua di Rusia setelah Kristen Ortodok yang jumlahnya kurang lebih 23 juta
Muslim dari 143 juta penduduk Rusia. Berdasarkan informasi dari KBRI di Moskow,
presentase Muslim Rusia mencapai 18%, selebihnya Kristen Ortodok 71,8 %,
katolik 1,8 %, Protestan 0,7 %, Yahudi 0,3%, Budha 0,6%, 0,9% beragam sekte dan
sisanya adalah penduduk Rusia yang tidak beragama. [15]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Abad
21 merupakan abad kebangkitan agama di Rusia khususnya agama Islam. Setelah
sekian lama umat Islam mengalami tekanan dari pemerintah Komunis Uni Soviet,
kini di masa transisi Rusia menuju negara demokrasi, umat Islam kembali
bergeliat mencari jati diri dan membangun kembali peradaban mereka.
Sebagian
besar Muslim Rusia adalah Sunni yang mengikuti madzhab Hanafi dan Syafii.
Adapun Syiah yang jumlahnya kecil berasal dari Imigran yang datang dari Azeri
ke Rusia untuk mencari pekerjaaan. Saat ini Islam di Rusia mengalami
perkembangan yang signifikan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Perkembangan
Islam tersebut bisa dilihat dari banyaknya populasi Muslim di Rusia, munculnya
organisasi-organisasi Islam, jumlah lembaga pendidikan Islam yang terus
meningkat, dan munculnya elite-elite politik Muslim di lembaga pemerintahan.
Perkembangan tersebut juga tidak lepas dari peran pemerintahan Rusia yang ingin
menjadikan negaranya menjadi negara demokrasi yang kaya dengan berbagai suku,
ras, dan agama.
DAFTAR
PUSTAKA
Kettani,
M. Ali. 2005. Minoritas Muslim di Dunia
Dewasa ini, terj. Zarkowi Soejoeti.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ahmad An-Na’im, Abdullahi. 2007. Islam
dan Negara Sekuler. Bandung: Mizan.
Esposito (ed.), John L. 2004. The Islamic World: Past and Present.New York: Oxford University
Pers.
Nanji, Azim. 2003. Peta Studi Islam Orientalisme
Dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, Bantul: Fajar Pustaka Baru.
Aluf
Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam
http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0)
diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30 WIB.
Ariel Cohen, A
Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern Caucasus
and Russia’s Inadequete Response, (dalam http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf,) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 21.00 WIB.
Azis, Islam di
Rusia Kontemporer, (dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html,)
diakses pada hari Kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.46 WIB.
Diaz, Sejarah
Perkembangan Islam di Rusia, (dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/
) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul
15.00 WIB.
Dmitry
Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing
Challenge for Moscow PONARS Policy No. 421, (dalam http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf,) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul
15.27 WIB.
[1] Diaz, Sejarah
Perkembangan Islam di Rusia, (dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/
) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.
[2] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini,
terj. Zarkowi Soejoeti (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 79.
[3]Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam
http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0)
diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30 WIB.
[5] Aluf Wahid, Islam di Rusia:Struggle Islamism And
Communism, (dalam http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0)
diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30 WIB.
[6] Azis, Islam di Rusia Kontemporer, (dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html,) diakses pada hari Kamis, tanggal 21 April 2016, pukul
15.46 WIB.
[7] Dmitry Gorenburg, Russia’s Muslims: A Growing Challenge for
Moscow PONARS Policy No. 421, (dalam http://csis.org/files/media/csis/pubs/pm_0421.pdf,) diakses pada
hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.27 WIB.
[8] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/
) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.
[9] Azim Nanji, Peta Studi Islam
Orientalisme Dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, (Bantul: Fajar Pustaka
Baru, 2003), hlm. 139.
[10] Ariel Cohen, A Threat to The West: The Rise of Islamist Insurgency In The Northern
Caucasus and Russia’s Inadequete Response, (dalam http://www.microconflict.eu/publications/PWP9_AM_AY.pdf,) diakses pada hari
kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 21.00 WIB.
[11] Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/
) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.
[12] John L. Esposito (ed.), The Islamic World: Past and Present (New
York: Oxford University Pers, 2004), hlm.
86.
[13]
Aluf Wahid, Islam
di Rusia:Struggle Islamism And Communism, (dalam
http://www.kompasiana.com/alufwahid/islam-di-rusia-struggle-islamism-and-communism_552bf1bd6ea8343a598b46b0)
diakses pada hari selasa, tanggal 19 April 2016, pukul 09.30 WIB.
[14]
Diaz, Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, (dalam http://saripedia.wordpress.com/2013/05/31/sejarah-perkembangan-islam-di-rusia/
) diakses pada hari kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.00 WIB.
[15]
Azis, Islam di Rusia Kontemporer, (dalam http://hiscultjogja.blogspot.co.id/2013/07/islam-di-rusia-kontemporer.html,)
diakses pada hari Kamis, tanggal 21 April 2016, pukul 15.46 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar