PSIKOTERAPI ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Islam
Dosen pengampu : Dr. M. Nur Gufron, S.Ag.,
M.Si
Disuusun Oleh:
Kelompok 8
1.
M. Danial Hidayat (1410110008)
2.
Ernika Rahmawati (1410110016)
3.
Zaenal Mustofa (1410110024)
4.
Mariya Ulfa (1410110032)
5.
Siti Ruqoyyah (1410110039)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/A-PAI
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih sempurna dari pada makhluk
lain tentu juga masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Sebab Yang Maha
Sempurna hanyalah Sang Pencipta. Dalam menjalani kehidupan di dunia manusia
tidak lepas dari berbagai masalah yang muncul karena kekurangan dan kelemahan
yang dimilikinya itu. Masalah yang muncul dapat berasal dari dalam diri maupun
dari lingkungannya.
Dalam dunia psikologi masalah yang muncul tersebut dikenal sebagai gangguan
atau penyakit, ada yang disebut dengan penyakit fisik adapula penyakit hati
atau penyakit jiwa. Namun semua penyakit pasti ada obatnya, hal ini telah
dijamin oleh Allah dalam firmanNya. Penyakit fisik dapat disembuhkan dengan
berbagai jenis obat baik tradisional maupun obat modern dalam bentuk kapsul dan
lain sebagainya. Sedangkan untuk pengobatan penyakit jiwa dapat dilakukan
melalui terapi yang dalam dunia psikologi disenut dengan psikoterapi.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar
belakang di atas adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan psikoterapi Islam?
2.
Apa saja fungsi dan tujuan psikoterapi Islam?
3.
Apa saja objek dalam psikoterapi Islam?
4.
Apa saja metode dalam psikoterapi Islam?
5.
Apa saja langkah-langjah dalam terapi
religius?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 226) dalam buku Konseling dan
psikoterapi islam Psikoterapi (pshychotherapy) ialah pengobatan penyakit
dengan cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit
mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari, atau
penyembuhan lewat keyakinan agama, dan diskusi personal dengan guru atau teman.
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 226) Psikoterapi Islam adalah
proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual,
moral maupun fisik melalui bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah Nabi SAW.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakir (2002: 207) dalam buku Nuansa-nuansa psikologi islam Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran,
atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode
psikologis. Istilah ini mencakup berbagai tehnik yang bertujuan untuk membantu
individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi
perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan
dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
B.
Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 225-228) dalam buku Konseling dan
psikoterapi islam membagi fungsi psikoterapi islam menjadi tiga bagian yaitu
sebagai berikut :
1.
Fungsi Pencegahan (Prefention)
Fungsi pencegahan (prevention), dengan mempelajari,
memahami, dan mengaplikasikan ilmu ini, seseorang akan dapat terhindar dari
hal-hal, keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental,
spiritual, atau moralnya. Sebab ilmu akan menimbulkan potensi prefentif
sebagaimana yang telah diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya.
2.
Fungsi Penyembuhan dan perawatan (Treatment)
Fungsi penyembuhan/perawatan (treatment),
psikoterapi islam akan membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan dan
perawatan terhadap gangguan atau penyakit, khusunya kepada gangguan mental,
spiritual, kejiwaan, seperti dengan berdzikir, hati dan jiwa
menjadi tengang dan damai, dengan berpuasa akal fikiran, hati nurani, jiwa,
mental menjadi suci dan bersih, dengan shalat dan membaca shalawat Nabi
Muhammad SAW spirit dan etos kerja akan bersih dan suci dari gangguan setan,
iblis, jin, dan sebagainya.
3.
Fungsi Pensucian (Sterilisasi) dan
Pembersihan (Purification)
Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purrification),
psikoterapi islam melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari bekasan-bekasan
dosa dan kedurhakaan dengan pensucian najis (istinja’), pensucian yang kotor
(mandi), pensucian yang bersih (wudhu), pensucian yang suci atau fitri (shalat
taubat), dan pensucian yang Maha Suci (dzikrullah mentauhidkan Allah).
Adapun tujuan dari Psikoterapi Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 278-279) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam ialah:
1.
Memberikan pertolongan kepada setiap individu
agar sehat jasmani dan rohaninya.
2.
Menggali dan mengembangkan potensi esensial
sumber daya insani.
3.
Mengantarkan individu kepada perubahan
konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.
4.
Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman,
keihsanan, dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Mengantarkan individu, mengenal, mencintai,
dan berjumpa dengan jati diri serta dzat yang Maha Suci yaitu Allah Ta’ala.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002: 221) dalam buku Nuansa-nuansa
psikologi islam, Ibnu qayyim Al jauziyah dalam “Ighatsah al labfan” lebih
spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori yaitu tabi’iyyah dan syar’iyah.
Psikoterapi tabi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit
yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi
tertentu, seperti penyakit kecemasan, kegelisahan, kesedihan dan amarah.
Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Psikoterapi syar’iyah
adalh pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat
diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu,
tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang,seperti
penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan , syubhat, keragu-raguan, dan syahwat.
Pengobatannya adalah dengan penanaman syari’ah yang datangnya dari tuhan.
C.
Objek Psikoterapi Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 237-252) dalam buku Konseling dan
psikoterapi islam membagi objek psikoterapi islam menjadi empat bagian yaitu
sebagai berikut :
1.
Mental, yaitu yang berhubungan fikiran, akal,
ingatan atau proses yang berasosiasi dengan akal, fikiran, dan ingatan. Seperti
mudah lupa, malas berfikir, tidak berkonsentrasi, bahkan tidak memiliki
kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.
2.
Spiritual, yaitu yang berhubungan masalah ruh,
semangat jiwa, religius, yang berhubungan agama, keimanan, kesalehan, dan
menyangkut nilai Transendental. Seperti Syirik, kufur, lemah keyakinan, dan
sebagainya. Penyakit bathiniyyah atau spiritual ini sangat sulit untuk
disembuhkan atau diobati, karena ia sangat tersembunyi di dalam diri setiap
orang. Oleh karena itu, tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta bimbingan dari
Allah dan RasulNya SAW, malaikat Jibril dan hamba-hambaNya, maka penyakit itu
tidak akan pernah dapat disembuhkan dengan mudah.
3.
Moral (akhlak), yaitu suatu keadaan yang
melekat /pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.
Moral dan akhlak atau tingkah laku merupakan
ekspresi dari kondisi mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan
dan otomatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan
tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek bahwa
perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama (islam) dan
akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti, liar, pemarah,
dengki, dendam, dan sebagainya. Dalam ajaran islam sikap dan tingkah laku
seperti itu merupakan perbuatan tercela dan dimurkai Allah dan RasulNya. Untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasulullah SAW diutus ke dunia ini.
Perkataan, perbuatan sikap, dan gerak-geriknya merupakan keteladanan dan contoh
yang baik dan benar bagi manusia.
4.
Fisik (jasmaniyah), tidak semua gangguan fisik
dapat disembuhkan dengan Psikoterapi Islam, kecuali memang ada izin dari Allah.
Tetapi adakalanya sering dilakukan secara
kombinasi dengan terapi medis atau melalui ilmu kedokteran pada umumnya. Terapi
fisik (jasmaniyyah) yang paling berat dilakukan oleh psikoterapi islam, apabila
penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa dan kedurhakaan atau kejahatan yang
telah dilakukan oleh seseorang, seperti wajah dan kulit tampak hitam, bahkan
lebih kotor lagi dari pada penyakit kulit (kudis, dan lain-lain).
D.
Metode Psikoterapi Islam
Adapun metode-metode yang dipakai oleh
Psikoterapi Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 259-269) dalam buku Konseling dan psikoterapi islam
adalah:
1.
Metode Ilmiah (Method of Science)
Metode Ilmiah (Menthod of Science) adalah
metode yang sering diaplikasikan dalam dunia pengetahuan pada umumnya. Untuk
membuktikan suatu kebenaran dan hipotesa-hipotesa maka dibutuhkan penelitian
secra empiris di lapangan, dan untuk mencapai kesempurnaan, paling tidak
mendekati kesempurnaan untuk penelitian hipotesa itu, maka metode ini sangat
dibutuhkan dengan teknik-teknik seperti interview, eksperimen, observasi, tes,
dan survei di lapangan.
2.
Metode Keyakinan (Method of Tenacity)
Metode Keyakinan (Method of Tenacity),
adalah metode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat dan dimiliki oleh seseorang
peneliti. Keyakinan itu dapat diraih melalui:
a.
Ilmu Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh
berdasarkan ilmu secara teoritis.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
sampai kamu masuk
ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin. ( QS at-Takaatsur: 1-5)
b.
‘Ainul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara, seperti firman Allah
SWT.:
“Niscaya kamu benar-benar
akan melihat neraka Jahanam, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya
dengan penglihatan mata kepala yang meyakinkan”. (At-Takaatsur: 6-7)
c.
Haqqul Yaqin, yaitu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan, penghayatan, pengalaman. Seperti firman Allah Ta’ala:
“Adapun jika Dia (orang
yang mati) Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), Maka Dia
memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan. Dan Adapun jika Dia Termasuk
golongan kanan, Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan
Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, Maka Dia
mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahannam.
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka
bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Agung”. (Al Waqi’ah:
88-96).
d.
Kamalul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang sempurna dan
lengkap, karena ia dibangun diatas keyakinan berdasarkan hasil pengamatan
penghayatan, teoritis, aplikatif, dan empirik.
3.
Metode Otoritas (Method of Authority)
Metode
Otoritas (Method of Authority),
yatu suatu metode dengan menggunakan otoritas yang dimiliki oleh peneliti,
yaitu berdasarkan keahlian, kewibawaan, dan pengaruh positif. Atas dasar itulah
seorang psikoterapis mamiliki hak penuh untuk melakukan tindakan secara
bertanggungjawab. Apabila seorang psikoterapis memiliki otoritas yang tinggi,
maka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit atau
gangguan yang sedang diderita oleh seseorang.
4.
Metode Intuisi (Method of Intuition)
Metode Intuisi (Method of Intuition),
adalah metode berdasarkan ilham yang bersifat wahyu yang datangnya dari Allah
SWT. Metode ini sering dilakukan oleh para sufi dan orang-orang yang dekat
dengan Allah dan mereka memiliki pandangan batin yang tajam (bashirah), seta
tersingkapnya alam kegaiban (mukasyafah).
Metodologi Tasawwuf (Method of Sufism),
adalah suatu metode peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-karakter, dan
perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kehendak dan tuntunan Tuhan. Metode
ini dibagi tiga, yakni:
a.
Takhalli, yaitu metode pengosongan diri dari
kedurhakaan kepada Allah dengan jalan pertobatan yang sesungguhnya.
b.
Tahalli yaitu pengisian diri dengan ibadah dan
ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang terpuji dan mulia. Firman Allah:
c.
Tajalli dalam makna bahasa dapat berarti tampak,
terbuka, menampakkan, atau menyatakan diri. Pada tingkatan inilah Allah
menampakkan dirinya seluas-luasnya kepada hamba-Nya yang dikehendakinya.
E.
Langkah-Langkah dalam Terapi Religius
Menurut Moh. Sholeh dan Imam Muskibin (2005: 43)
dalam buku Agama sebagai terapi telaah menuju ilmu kedokteran holistik, ada
beberapa cara untuk mencegah munculnya penyakit kejiwaan dan sekaligus
menyembuhkannya, melalui konsep-konsep dalam Islam yaitu:
1.
Menciptakan kehidupan islami dan perilaku
relgius. Upaya ini dapat ditemuh dengan cara mengisi kegiatan sehari-hari
dengan hal-hal bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai aqidah, syari’ah, dan
akhlak, aturan-aturan negara, norma-norma masyarakat, serta menjauhkan diri
dari hal-hal yang dilarang agama.
2.
Mengintensifkan dan meningkatkan kualitas
ibadah. Sembahyang, do’a dan permohonan ampun kepada Allah akan mengembalikan
ketenangan dan ketentraman jiwa bagi orang yang melakukannya. Semakin dekat
orang kepada Allah dan semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tentramlah
dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Demikian pula sebaliknya, semakin jauh
orang itu dari agama susah baginya mencari ketentraman batin.
3.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikir.
Al-Qur’an berulang kali menyebut bahwa orang yang banyak berdzikir (menyebut
nama Allah), hatinya akan tenang dan damai. Surat Al-Baqarah ayat 152
menjelaskan “karena itu, ingatlah (dzikirlah) engkau kepada-Ku niscaya Aku
ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengikari
nikmat-Ku.”
4.
Melaksanakan rukun Islam, rukun Iman dan
berbuat ihsan. Zakiah Daradjat dalam bukunya Islam dan kesehatan Mental
mengatakan bahwa ada pengaruh positif dari pelaksanaan rukun iman, rukun Islam
dan berbuat ihsan.
5.
Menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak
al-mazmumah). Sifat-sifat tercela secara langsung atau tidak dapat
menimbulkan gangguan dan penyakit kejiwaan.
6.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji (al-akhlak
al-mahmudah). Sifat-sifat terpuji akan bisa mencegah timbulnya gangguan kejiwaan
atau penyakit rohaniah.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002: 209) dalam buku Nuansa-nuansa
psikologi islam, Psikoterapi Setelah mempelajari teks-teks Al Qur’an , Muhammad
Abd Aziz Al khalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian : pertama, obat
bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik seperti berobat dengan
air, madu, buah-buahan yang disebutkan didalam Al Qur’an. Kedua, obat ma’nawi
yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia sepeti
doa-doa dan isi kandungan Al Qur’an.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit
baik fisik maupun psikis melalui bimbingan sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an
dan as-Sunnah.
2. Pikoterapi Islam mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
a. Fungsi pencegahan, maksudnya seseorang dapat terhindar dari penyakit fisik
maupun psikis, khususnya adalah penyakit gangguan jiwa.
b. Fungsi penyembuhan dan perawatan, maksudnya Psikoterapi Islam akan membantu
seseorang dalam proses penyembuhan penyakit gangguan jiwa yang diderita.
c. Fungsi pensucian dan pembersiahn, maksudnya Psikoterapi Islam akan membantu
penderita gangguan jiwa agar jiwanya terhindar dari penyakit kotor, tercela,
dan hina dengan mensucikan jiwanya.
Sedangkan tujuan dari Psikoterapi Islam pada
intinya adalah memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani
dan rohaninya.
3. Adapun objek dari Psikoterapi Islam adalah mental, spiritual, moral, dan
fisik.
4. Metode yang terdapat dalam Psikoterapi Islam adalah metode ilmiah, metode
keyakinan, serta metode otoritas, serta metode intiusi di mana metode-metode
tersebut digunakan dalam proses penyemabuhan penyakit jiwa.
5. Langkah-langkah dalam terpi agama di antaranya menciptakan kehidupan islami
dan perilaku religius, mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, meningkatkan
kualitas dan kuantitas dzikir, menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak
al-mazmumah), serta mengembagkan akhlak terpuji.
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi
Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. 2002.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-nuansa Psikologi Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2002.
Sholeh, Moh dan Imam Musbikin. Agama Sebagai Terapi Telaah
Menuju Ilmu Kedokteran Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar